Wednesday, June 02, 2010

Rich nations, poor nations, devout nations?

Interesting question posted on Oct 16, 2009 on a discussion responding the article "Miss Indonesia Shames Us All, Cry Aceh's Clerics"
 

One thing that bothers me, and I guess I'm asking for a rational answer as to why this is, is the question why the most devout nations in the world seem to always suffer the most..why are they the poorest, why do they have the highest deathrates from disease, why are they the most polluted on the planet, why do their ferries and planes full of the devout, go down so often, why are they plagued with corrupt politicians, why do they get hit time and time again by horrendous natural disasters and so on?

And yet the least devout nations in the world...Scandinavia and parts of Europe, Australia and NZ, are amongst the wealthiest, have the healthiest populations, highest standard of living, long life, great enviroments etc. And China, which is about 80% atheist is dominating the planet economicaly at the moment.

 
Kenapa coba?
 
In my humble opinion, just because a nation has the most "religious" people, that doesn't mean they are really devout.  Hanya karena jumlah orang beragamanya paling banyak, bukan berarti mereka benar2 orang yang meyakini dan menjalankan agamanya secara baik & benar. 
 
Dalam hal hubungan manusia dengan Tuhan, mungkin kelihatannya banyak sekali orang "soleh", yang rajin melakukan ritual ibadah.  Tapi bahkan agama pun nggak merekomendasikan kita untuk hanya melakukan ritual ibadah dan melupakan hidup kita di dunia.
 
Dalam hal moral yang berhubungan dengan cara berpakaian, cara berkomunikasi dengan orang tua dst mungkin memang nggak sama dengan nilai2 yang dianut orang2 "beragama" - yang kebetulan(?) juga hampir sama dengan budaya Timur (kenapa agamis vs. non-agamis adalah Timur vs. Barat?)
 
Ironisnya, negara2 yg dibilang paling nggak beragama itu, mentalitasnya lebih "agamis".  Let me explain what I mean.  Satu contoh, dalam hal integritas/profesionalisme/kejujuran yang sudah menjadi standard mereka.  Padahal itu adalah ajaran agama, salah satu akhlak mulia yang namanya "amanah" - dapat dipercaya.  Kenapa negeri kita dibilang "low trust society" - masyarakat yang punya rasa percaya rendah?  Karena banyak tukang tipu.  Kenapa bisa banyak tukang tipu, padahal bukankah semua orang di sini "beragama"?
 
Kalo ada yang bilang itu semua karena keadaan ekonomi yang sangat buruk, bisa jadi ada benarnya.  Katanya "kemiskinan itu dekat dengan kekufuran".  Bagaimana enggak, orang beriman yang keluarganya kelaparan bisa melakukan hal yang sangat bertentangan dengan agamanya demi mendapatkan makanan.
 
Tapi, kalo mereka ingkar pada agamanya karena masalah ekonomi, jadi kayak ayam dan telor deh, mana yang duluan?  Kan pertanyaannya, kenapa masyarakat yang katanya "beragama" kok malah miskin, sedangkan masyarakat yang tidak beragama malah makmur?
 
It's complex.

1 comment:

Anonymous said...

sukasukasuka blog anda
izin blog link ya,
ahe.. :))