Thursday, October 30, 2008

Keajaiban Inisiasi Menyusu Dini

Hari Sabtu, 25 Oktober 2008 kemarin gw & Didi ikut kelas edukasi yang diadakan oleh Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dengan topik Basic Breastfeeding. Di kelas itu dibahas tentang dasar2 pengetahuan tentang ASI dan menyusui. Hal pertama yang dibahas, dan yang paling berkesan buat gw adalah tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Walaupun sebelumnya gw udah pernah dengar tentang IMD (selama hamil kan gw juga baca2 tentang ASI-related things), tapi apa yg gw dapet di kelas itu makin membuka mata gw, dan makin membuat gw kagum akan kebesaranNya.


Apa itu Inisiasi Menyusu Dini?


Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah rangkaian kegiatan di mana bayi yang baru saja lahir secara naluri melakukan aktivitas2 yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibunya dan menyusu darinya. Jadi, IMD itu bukan hanya menyusu, tapi lebih dari itu, aktivitas2 sebelumnya pun sangat penuh makna dan manfaat bagi bayi dan sang ibu. Makanya disebut 'menyusu' tanpa akhiran -i, karena bayinya yang aktif menyusu, bukan disusui oleh ibunya.

Sewaktu bayi baru saja dilahirkan, tubuh bayi hanya dibersihkan seadanya dan langsung diletakkan di perut/dada ibunya. Apa yang terjadi? Bisa dilihat dulu video dari UNICEF ini:



  1. Kontak kulit ke kulit (skin-to-skin contact) dengan ibu akan menenangkan bayi yang baru saja lelah setelah proses persalinan. Kontak ini juga bermanfaat membuat nyaman bayi karena tubuh ibu secara alami menyesuaikan suhunya agar bayi merasa nyaman. Jika bayi kepanasan, suhu tubuh ibu akan turun 1 derajat; dan jika bayi kedinginan, suhu tubuh ibu akan naik 2 derajat. Subhanallah...
  2. Setelah bayi menenangkan dirinya, dia mulai bergerak merangkak(!) ke arah dada ibunya. Yup, betul! Bayi baru lahir ternyata bisa merangkak di dada ibunya secara naluri. Gerakan kaki bayi yang merangkak ini menekan-nekan perut ibunya, yang ternyata bermanfaat untuk membantu menghentikan pendarahan dan mengeluarkan plasenta. Subhanallah...
  3. Si bayi akan melanjutkan dengan menciumi tangannya. Ternyata bau tangan si bayi sama dengan bau air ketuban. Dan ternyata wilayah sekitar putiing si ibu itu juga memiliki bau yang sama. Jadi mencium bau tangannya membantu si bayi untuk mengarahkan ke mana dia akan bergerak, yaitu ke arah puting susu ibunya. Sampai di dada sang ibu, bayi akan menjilati kulit ibunya. Hal ini menyebabkan bakteri2 dari kulit ibu tertelan oleh si bayi, dan di dalam tubuh bayi akan membentuk 'pasukan' untuk melawan bakteri2 jahat. Berapa banyak bakteri yang harus dijilat/ditelan oleh bayi? Hanya si bayi yang tahu. Subhanallah...
  4. Bayi terus bergerak-gerak dan tangannya menemukan payudara ibunya dan menekan-nekannya. Hal ini ternyata bermanfaat untuk membantu produksi ASI. Subhanallah...
  5. Setelah itu bayi akan menemukan sendiri puting susu ibunya dan mulai menyusu sendiri. Pada tahap ini, bayi akan mendapatkan kolostrum, atau disebut juga sebagai 'cairan emas', yang mengandung antibodi dan bakteri2 bermanfaat untuk membangun sistem kekebalan tubuh bayi. Kolostrum yang keluar hanya sedikit, sesuai dengan kebutuhan si bayi. Tapi manfaatnya sangat besar. Subhanallah...

Waktu kita ditunjukkan video proses IMD, gw amazed dan terharu. Setelah miracle of birth, ternyata masih ada lagi miracle of IMD, lalu dilanjutkan dengan miracle of breastfeeding... Bener2 tanda2 kekuasaan & kebesaranNya...

Dengan IMD juga reflex bayi untuk menyusu langsung dilatih pada awal kehidupannya. Menurut konselor laktasi AIMI di kelas kemarin, dalam 2 jam pertama kelahirannya, bayi dalam keadaan 'alert'. Jadi itulah momen yang sangat tepat & nggak boleh disia-siakan. Pengalamannya dengan anak pertamanya, begitu lahir bayinya langsung diambil utk dilakukan prosedur rutin (timbang berat badan, dst), dan baru dikembalikan ke ibunya 6 jam kemudian. Saat itu bayinya sudah ngantuk dan nggak mau nyusu. Bayi pun belum sempat 'berlatih' nyusu.


Berapa lama IMD berlangsung?


IMD sangat dianjurkan untuk segera dilakukan begitu bayi lahir, dalam 1 jam pertama kehidupannya. Lama prosesnya sendiri tergantung si bayi, karena dialah yg paling tau seberapa lama dia harus melakukan setiap aktivitas tsb. Menurut informasi, bisa berlangsung sampai maksimum 2 jam. Yang gw dengar dari pengalaman orang2 yang sukses IMD rata2 1 - 1.5 jam. Jadi, memang dibutuhkan dukungan dari semua pihak. Nggak cuma dokter kandungannya aja, tapi juga bidan, dokter anestesi, seluruh team yg membantu persalinan, dan terutama suami. Anggota keluarga yang lain juga harus diberi pengertian, karena proses IMD ini memang nggak sebentar. Jadi, sodara2 yang nungguin harus bersabar krn nggak bisa segera ketemu si bayi & ibunya.


C-section bisa IMD nggak?


Bisa. Di kelas edukasi AIMI itu ada salah satu pengurus yang nyeritain pengalamannya melahirkan dengan operasi cesar (c-section) dan sukses IMD. Yang penting, rumah sakit, dokter dan team yang membantu persalinan, juga keluarga yg ikut menemani di ruang bersalin mendukung IMD, insya Allah bisa terlaksana.

Nah, terus terang gw pingin IMD. Dan gw pingin bayi gw diadzankan di dada gw. It will be beautiful... :)

Dulu udah pernah bicara sih sama ob-gyn gw, dan menurutnya rumah sakit tempat gw kontrol itu (RS Internasional Bintaro) mendukung IMD, ASI eXklusif (ASIX)--sehingga bayi nggak akan dikasih apapun selain ASI, dan rooming-in.


Rooming-in


Rooming-in maksudnya adalah bayi dirawat sekamar dengan ibunya, sehingga selama 24 jam selalu bersama ibunya. Dari baca2, ternyata daya tahan tubuh bayi itu bisa drop hingga 25% karena dipisahkan dari ibunya. Dengan bersama ibunya selama 24 jam, daya tahan tubuh si bayi berada dalam kondisi prima. Menurut pengalaman seseorang yang gw baca, seorang dokter mengatakan bahwa 95% bayi menangis bukan karena lapar, tapi karena dipisahkan dengan ibunya. Menurut beliau, tindakan memisahkan bayi dari ibunya adalah tindakan kriminal.


Baby-Friendly Hospital Initiative


Hal ini juga sejalan dengan anjuran dari UNICEF dalam "Ten Steps to Successful Breastfeeding" sebagai langkah2 yang harus dilakukan sebuah Rumah Sakit yang disebut 'baby-friendly', dalam rangka program Baby-Friendly Hospital Initiative (BFHI), yang diluncurkan tahun 1991, sebagai usaha dari UNICEF dan WHO untuk memastikan bahwa semua fasilitas bersalin menjadi pusat pendukung kegiatan menyusui.
  • Have a written breastfeeding policy that is routinely communicated to all health care staff.
  • Train all health care staff in skills necessary to implement this policy.
  • Inform all pregnant women about the benefits and management of breastfeeding.
  • Help mothers initiate breastfeeding within one half-hour of birth.
  • Show mothers how to breastfeed and maintain lactation, even if they should be separated from their infants.
  • Give newborn infants no food or drink other than breastmilk, unless medically indicated.
  • Practice rooming in - that is, allow mothers and infants to remain together 24 hours a day.
  • Encourage breastfeeding on demand.
  • Give no artificial teats or pacifiers (also called dummies or soothers) to breastfeeding infants.
  • Foster the establishment of breastfeeding support groups and refer mothers to them on discharge from the hospital or clinic.
Sayangnya, di Indonesia ini belum banyak rumah sakit yang komit untuk menjadi rumah sakit sayang bayi (baby-friendly). Gw dengar ada 2 RS di Jakarta yang sudah disebut 'sayang bayi', tapi ternyata gw juga dengar pengalaman orang2 yang menyaksikan sendiri bahwa komitmen masih kurang karena nggak semua staff di RS tsb mendukung hal tsb.

Ada komen, atau sharing dari temen2 yang udah pernah IMD?

Wednesday, October 08, 2008

Best Places to Live

Link

Good jobs, excellent schools, affordable housing, low crime, fast commute, active outdoor culture...

CNN membandingkan kota2 kecil di AS untuk menemukan 10 kota terbaik untuk tempat tinggal. Nggak sembarangan membandingkan dari apa yang terlihat oleh mata saja, tapi kategori yang dibandingkan cukup banyak. Mereka juga melakukan assessment dengan cara mewawancara masyarakat untuk menemukan hal2 yang 'intangible' seperti sense of community.

10 besar "Best Places to Live" ini adalah:
  1. Plymouth, MN
  2. Fort Collins, CO
  3. Naperville, IL
  4. Irvine, CA
  5. Franklin Township, NJ
  6. Norman, OK
  7. Round Rock, TX
  8. Columbia/Ellicott City, MD
  9. Overland Park, KS
  10. Fishers, IN

Bagaimana mereka memilih?
  1. Dimulai dengan semua kota di AS yang berpopulasi 50,000 - 300,000.
  2. Menyisihkan komunitas pensiunan, tempat2 di mana pendapatan kurang dari 85% atau lebih dari 201% dari median negara, dan tempat2 dengan penduduk kulit putih lebih dari 95%.
  3. Membuang kota2 dengan tingkat kriminalitas tinggi, penurunan populasi besar2an, pengangguran yang signifikan atau penyusutan lapangan kerja, dan perjalanan yang panjang ke tempat kerja (long commutes). [Commute 45 menit sudah termasuk lama lho! Gimana org Jkt ya? Bisa commute 1 jam aja udah bagus... ;)]
  4. Memfokuskan lebih banyak data dalam hal ekonomi, lapangan kerja, harga rumah, sekolah, dan pajak.
  5. Mengunjungi dan mewawancara penduduk, meng-assess hal2 intangible seperti sense of community.
  6. Akhirnya terpilihlah Plymouth berdasarkan data dan temuan2 tsb.

Kategori:

Financial
  • Median family income (per year)
  • Family purchasing power (annual)
  • Sales tax
  • State income tax rate (highest bracket)
  • State income tax rate (lowest bracket)
  • Auto insurance premiums (avg. price quotes)
  • Job growth (%)

Housing
  • Median home price
  • Average property taxes

Education
  • Colleges, universities and professional schools (within 30 miles)
  • Junior colleges and technical instititutes (within 30 miles)
  • Test scores reading (% above/below state avg.)
  • Test scores math (% above/below state avg.)
  • % students attending public/private schools (located within town limits)

Quality of life
  • Air quality index (% of days AQI ranked as good)
  • Personal crime incidents (per 1,000)
  • Property crime incidents (per 1,000)
  • Median commute time (in minutes)
  • % population with commute 45 mins. or longer
  • % population walk or bike to work

Leisure and culture
  • Movie theaters (within 15 miles)
  • Restaurants (within 15 miles)
  • Bars (within 15 miles)
  • Public golf courses (within 30 miles)
  • Libraries (within 15 miles)
  • Museums (within 30 miles)
  • Ski resorts (within 100 miles)
  • Arts funding (Dollars per person of state funds spent on arts)

Weather
  • Annual rainfall (inches)
  • % clear days in the area
  • High temp in July (° F)
  • Low temp in Jan (° F)

Health
  • Has health plan (% of residents)
  • Body mass index (avg. for residents)
  • Diabetes rates (% of residents diagnosed)
  • Hypertension rates (% of residents diagnosed)

Meet the neighbors
  • Median age
  • Completed at least some college (% of residents)
  • Married (%)
  • Divorced (%)
  • Racial diversity index (100 is national average; higher numbers indicate greater diversity)
  • Amount spent on vacations (domestic and foreign, household avg. per year)
---

Apakah survey ini applicable di Indonesia--Apakah data tiap kota lengkap, valid, bisa di-retrieve, dan bisa dibandingkan dengan data nasional? Apakah kategori yang sama seperti survey di atas bisa digunakan? Kira2 berapa kota & kota apa aja yang bisa memenuhi kategori, dan kota apa aja yang masuk 3 atau 5 besar? (apakah bisa sampai 10 besar?--dari berapa kota?)

Friday, October 03, 2008

Kenapa harus ke kantor hari ini?

Hari ini kantor nggak libur. Kantor gw mana ada libur kalo bukan tanggal merah. Kalau di kantor mau ngerjain hal2 yg butuh orang lain, bisa dibilang nyaris ngga ada orang, karena masih pada cuti. Kerjaan2 yg memerlukan orang lain harus ditunda paling cepet sampai Senin besok, atau idealnya malah Senin depannya, pas orang2 udah pada balik kerja. Jadi hari ini kalau mau ngerjain sesuatu pun yang bisa dikerjain adalah hal2 yg bisa dikerjain tanpa orang lain. Hal2 yg nggak perlu follow up atau nunggu konfirmasi orang lain.

Kalo gitu, kenapa harus ke kantor?

Kalau dikerjain dari rumah, hemat ongkos dan energi (BBM maupun energi manusia). Tapi kebijakannya masih konvensional. Lagi2 yg dipentingkan adalah kehadiran fisik, walaupun belum tentu kita kerja efektif. Ketemu beberapa orang di kantor pun konteksnya adalah berlebaran :) Suasana belum kondusif untuk kerja. Warung2 juga masih pada tutup. Jadi tadi kita agak muter dulu cari makanan. Gak tau deh ntar siang cari makan di mana. Sebelum lebaran aja udah pada tutup, sampe gw harus pesen makanan pake layanan antar. Jadi mahal bo'...! Udah ongkos pp, makannya lebih mahal pula, padahal kerjaan bisa dikerjain di luar kantor.

Kalo gitu, kenapa harus ke kantor?

Tadi pagi jalanan kosong banget, jadi kita bisa ambil jalur paling praktis dari rumah. Simatupang, Buncit, Pancoran. Jalur praktis yg seharusnya gw ambil setiap hari, tapi tidak applicable karena Jakarta pada hari2 'normal' itu sangat nggak normal ("Serahkan pada ahlinya.")--kalo ngambil jalur paling masuk akal malah jadi nggak masuk akal. Perjalanan tadi hanya 30 menit sebenernya. Ditambah dengan mampir & berhenti sebentar beli nasi bungkus, jadi sekitar 45 menit lah. Jalanan kosong, lancar... Enak banget, nggak bete ngeliat mobil menuh2in jalanan.

Sebentar lagi gw cuti, maternity leave, minggu depan. Gw perlu hand over kerjaan ke rekan yg bakal handle kerjaan gw selama gw cuti, yaitu Kevin. Tapi, dia masih cuti. Jadi, gw juga gak bisa hand over sekarang.

Kalo gitu, kenapa harus ke kantor?

Yah, pada akhirnya, gw harus (have to) ke kantor 'hanya' karena gw mau menghemat cuti tahunan gw, untuk dipakai setelah maternity leave biar lebih banyak waktu bersama my baby. Karena peraturan jatah maternity leave sangat tidak family-friendly, gw akan pakai cuti tahunan gw untuk menambah waktu gw bersama kiku kecil. Walaupun gak begitu lama, tapi pasti sangat berarti.

Jadi, karena itulah hari ini gw harus menggeret badan gw ke kantor dan berada di gedung kantor dalam ruangan dengan meja & kursi yg sehari2 jadi pemandangan gw... instead of baringan di rumah ataupun spending time dengan adik2 & ponakan2. Sebentar lagi Hide, ipar gw, balik ke negerinya, kita harus 'kejar setoran' jalan bareng...

Beginilah kalau sudah menjual jiwa kepada korporasi... Kerja/nggak kerja, badan gw harus ada di gedung ini, walopun sekarang gw ngantuk dan suasana sangat gak kondusif untuk kerja.....Wasting the whole day, wasting my energy (I need some sleep)... Kalo nanti udah ada kiku kecil trus harus kayak gini terus, apa mendingan gw ambil lagi jiwa gw dari korporasi ini utk ngurus kiku kecil ya, daripada menjual jiwa gw ke korporasi yg cuma ngasih gw sisa waktu & energi dengan kiku kecilku? (kiku kecil cuma dapet sisa?)

Kalo kiku kecil udah agak gede, udah ada waktu buat gw berkarya lagi, gw cari aktivitas utk mengasah otak & potensi gw, juga buat aktualisasi diri gw. Kenapa kalo seharian di rumah uplek2 sama anak, ngga ada kesempatan buat self-actualization? Buat ngasih makan dan mandiin diri sendiri aja susah, gimana mo self-actualization? Gara2 mbah Maslow nih.....

Friday, September 26, 2008

Serahkan pada ahlinya: Jakarta Mampet Parah

Tadi malem macetnya parah banget. Mahakam-Barito-Melawai udah jadi lautan mobil kayak got mampet. Cilandak-Ampera-Panglima Polim (nyambung ke Melawai) juga mampet. Darmawangsa-Antasari juga. Ngga usah ditanya kalo Radio Dalam dan jalanan2 yg biasa macet, udah pasti lebih parah. Denger2 dari supir taxi 2 hari yg lalu juga kayak gitu. Kalo diliat2, restoran pada penuh & banyak mobil parkir di pinggir jalan. Kayaknya jalanan penuh dg orang2 yg bikin acara makan malam (a.k.a. buka puasa) bersama. Gw nyari taxi susah banget. Lewat telpon gak nyambung2, nyetop di pinggir jalan pun susah. Begitu ada taxi kosong, supirnya ngga mau ngangkut penumpang (itu pun gw pilih2 taxi yg reputasinya bagus aja & biasanya bersih & gak bau. Apalagi guru yoga gw cerita temennya pernah dirampog di taxi, ditodong piso 'n pake acara dipukul segala).

Karena Didi stuck di Ampera, kita janjian ketemu di Kemang. Tapi gw gak dapet taxi. Akhirnya gw jalan kaki dari Mahakam utk nunggu Didi di Tamani Melawai. Itu pun gak dapet meja--restoran penuh! Untung masih ada kursi tunggu yg empuk. Tapi krn gak jelas, Didi minta gw pindah ke Starbucks aja biar bisa sekalian beliin dia minum...kasian dia blum buka puasa. Fortunately Starbucks relatif kosong. Sejam kemudian Didi baru nyampe tapi gak bisa parkir (penuh), dan jln Melawai masih lautan mobil. Jadi gw lsg naik waktu mobilnya nyampe depan Starbucks.

Had to find a place to eat--kita kelaperan, sedangkan perjalanan masih jauh apalagi dg macet parah banget kayak gitu. Akhirnya kita ke langganan kita di deket situ, Sate Blora Pak Yono :) Abis makan lanjut jalan, berusaha cari jalan yg gak [terlalu] macet. Tapi kita selalu ketemu macet lautan mobil.

Nyampe rumah jam 10:30 dlm keadaan exhausted. Kalo HP udah low battery & bunyi2 alert tuh... Cape banget... Rasanya gak rela ngebayangin besoknya pagi2 udah harus berangkat ke kantor lagi..... bener2 kayak gak ngerasain punya rumah... cuma numpang tidur dowang... Sedangkan wiken harus bersih2 rumah.... menikmatinya cuma beberapa jam aja kalo setelah rumah bersih kita gak ke mana2.......

Friday, September 19, 2008

Jerman: Cuti Melahirkan 3 Tahun?

Bener gak nih?

Link: "Cuti Melahirkan 3 Tahun"

Memang beda negara yg udah maju... Mereka sudah memikirkan perlunya mempersiapkan generasi muda yg berkualitas. Sedangkan di sini, para ibu sudah harus meninggalkan bayi yg masih sangat kecil, sangat butuh ASI maupun sentuhan sang ibu (peraturan Depnaker tentang Cuti Melahirkan: 3 bulan dengan 1.5 bln sebelum ekspektasi kelahiran bayi + 1.5 bln setelah bayi lahir).

Ini tulisannya:

Peraturan Pemerintah Jerman mengatakan, setiap wanita yang menjadi pegawai Pemerintah (pegawai negeri), mendapatkan hak cuti melahirkan yang lamanya … tiga tahun! Pada masa cuti tersebut, ia tetap menerima gaji utuh. Selain itu, bila ia masuk kerja setelah masa cuti habis, dijamin kursinya tidak ditempati orang lain.

Sementara bagi wanita yang memang “rela” tidak bekerja di luar rumah, alias menjadi housewife, akan menerima tunjangan khusus. Tunjangan dimaksudkan untuk mencukupi keperluan si ibu dan bayinya.

Perlakuan istimewa itu juga berlaku bagi wanita warganegara asing yang kebetulan mempunyai balita. Keponakan saya yang mendapat beasiswa belajar di Jerman, mengajak istri dan anaknya yang baru berumur tiga tahun. Saat melapor pemberi beasiswa bertanya tentang anak-istrinya. Keponakan saya menjawab, anaknya masih balita dan istrinya memang berniat khusus mengasuh anaknya. Seketika pemberi beasiswa melapor ke Pemerintah Daerah, bulan berikut ia sudah menerima tunjangan khusus tersebut.

Terlepas dari kondisi keuangan yang memang mencukupi, Pemerintah Jerman beralasan, seorang ibu yang bisa seratus persen mencurahkan perhatian dan kasih sayang pada anaknya dianggap sangat berjasa dalam mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas. Cuti melahirkan selama tiga tahun pun berdasarkan pertimbangan bahwa pada usia empat tahun, si anak sudah bisa masuk Taman Kanak-kanak. Artinya si anak tidak lagi sepenuhnya memerlukan perhatian ibu. (Darwinto)


Friday, January 04, 2008

Pink rose


Pink rose, originally uploaded by zags.

Glad to be looking at this pink rose when I'm home today. Gives me the feeling of beauty and youthful spirit.
He brought it yesterday evening. Although it's not for some romantic reason, I'm happy to see that pretty thing. :-) what a sight for sore eyes...

----
Sent from my mobile phone.