Friday, September 26, 2008
Serahkan pada ahlinya: Jakarta Mampet Parah
Karena Didi stuck di Ampera, kita janjian ketemu di Kemang. Tapi gw gak dapet taxi. Akhirnya gw jalan kaki dari Mahakam utk nunggu Didi di Tamani Melawai. Itu pun gak dapet meja--restoran penuh! Untung masih ada kursi tunggu yg empuk. Tapi krn gak jelas, Didi minta gw pindah ke Starbucks aja biar bisa sekalian beliin dia minum...kasian dia blum buka puasa. Fortunately Starbucks relatif kosong. Sejam kemudian Didi baru nyampe tapi gak bisa parkir (penuh), dan jln Melawai masih lautan mobil. Jadi gw lsg naik waktu mobilnya nyampe depan Starbucks.
Had to find a place to eat--kita kelaperan, sedangkan perjalanan masih jauh apalagi dg macet parah banget kayak gitu. Akhirnya kita ke langganan kita di deket situ, Sate Blora Pak Yono :) Abis makan lanjut jalan, berusaha cari jalan yg gak [terlalu] macet. Tapi kita selalu ketemu macet lautan mobil.
Nyampe rumah jam 10:30 dlm keadaan exhausted. Kalo HP udah low battery & bunyi2 alert tuh... Cape banget... Rasanya gak rela ngebayangin besoknya pagi2 udah harus berangkat ke kantor lagi..... bener2 kayak gak ngerasain punya rumah... cuma numpang tidur dowang... Sedangkan wiken harus bersih2 rumah.... menikmatinya cuma beberapa jam aja kalo setelah rumah bersih kita gak ke mana2.......
Friday, September 19, 2008
Jerman: Cuti Melahirkan 3 Tahun?
Link: "Cuti Melahirkan 3 Tahun"
Memang beda negara yg udah maju... Mereka sudah memikirkan perlunya mempersiapkan generasi muda yg berkualitas. Sedangkan di sini, para ibu sudah harus meninggalkan bayi yg masih sangat kecil, sangat butuh ASI maupun sentuhan sang ibu (peraturan Depnaker tentang Cuti Melahirkan: 3 bulan dengan 1.5 bln sebelum ekspektasi kelahiran bayi + 1.5 bln setelah bayi lahir).
Ini tulisannya:
Peraturan Pemerintah Jerman mengatakan, setiap wanita yang menjadi pegawai Pemerintah (pegawai negeri), mendapatkan hak cuti melahirkan yang lamanya … tiga tahun! Pada masa cuti tersebut, ia tetap menerima gaji utuh. Selain itu, bila ia masuk kerja setelah masa cuti habis, dijamin kursinya tidak ditempati orang lain.
Sementara bagi wanita yang memang “rela” tidak bekerja di luar rumah, alias menjadi housewife, akan menerima tunjangan khusus. Tunjangan dimaksudkan untuk mencukupi keperluan si ibu dan bayinya.
Perlakuan istimewa itu juga berlaku bagi wanita warganegara asing yang kebetulan mempunyai balita. Keponakan saya yang mendapat beasiswa belajar di Jerman, mengajak istri dan anaknya yang baru berumur tiga tahun. Saat melapor pemberi beasiswa bertanya tentang anak-istrinya. Keponakan saya menjawab, anaknya masih balita dan istrinya memang berniat khusus mengasuh anaknya. Seketika pemberi beasiswa melapor ke Pemerintah Daerah, bulan berikut ia sudah menerima tunjangan khusus tersebut.
Terlepas dari kondisi keuangan yang memang mencukupi, Pemerintah Jerman beralasan, seorang ibu yang bisa seratus persen mencurahkan perhatian dan kasih sayang pada anaknya dianggap sangat berjasa dalam mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas. Cuti melahirkan selama tiga tahun pun berdasarkan pertimbangan bahwa pada usia empat tahun, si anak sudah bisa masuk Taman Kanak-kanak. Artinya si anak tidak lagi sepenuhnya memerlukan perhatian ibu. (Darwinto)